Thursday 5 January 2017

5 Hal yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua Ketika Mengambil Rapor Anak



Assalamualaikum..

Bulan Desember lalu berakhirnya semester 1 tahun ajaran 2016/2017. Saat ini rapor anak Anda pasti sudah ditangan. Mungkin tulisan ini agak telat tapi gak pa-pa lah. I just want to share my thoughts as a teacher.

Pengalaman saya bertemu dengan orang tua siswa di saat mengambil rapor begitu berharga. Saya jadi tahu harapan orang tua dan reaksinya saat melihat rapot anak-anak kesayangannya. Banyak juga lho orang tua yang gak menuntut anak untuk dapat nilai 80, 90, 100. Buat mereka lulus KKM (passing grade) aja udah cukup. Lihat nilai 60-70an saja udah senang. Alasannya rata-rata sama, tuntutan kurikulum jaman sekarang itu jauh lebih sulit dibanding jaman mereka dulu. (Saya sebagai guru juga merasakan hal yang sama). Tapi tetap ada segelintir orang tua murid yang mentargetkan anaknya untuk dapat nilai-nilai tinggi. Well, ya gak pa-pa juga sih, sepanjang anaknya kuat, tapi kalo anaknya gak kuat yang udahlah, kasihan toh mereka sudah berusaha memberikan yang terbaik.

Di sini saya mau berbagi apa yang sebaiknya orang tua lakukan ketika mengambil rapor.

1. Tanyakan mengenai perilaku anak di kelas
Banyak lho anak-anak yang di kelas berisik tapi di rumah pendiam ataupun sebaliknya. Tanyakan juga apakah si Anak ini menunjukan sisi positif dalam hal sopan santun, kerja sama, kejujuran, dsb. Tanyakan juga inisiatif anak ini dalam bertanya kepada guru, berinteraksi dengan teman-temannya. Ini penting untuk mengetahui perkembangan afektif anak kita selama satu semester ini.  Saya biasanya minta murid-murid saya untuk datang bersama orang tua untuk mengambil rapor jadi kita bisa komunikasi 3 arah guru-ortu-siswa.

Always happy during group work
Jadi orang tua bisa memetakan aspek sikap mana yang perlu didorong untuk dikembangkan dan sisi mana yang perlu dikuatkan. Misalnya, saya ada siswa yang tidak berani bertanya ke guru, padahal di rumah dia aktif berbicara. Nah, dari sini orang tua bisa bertanya kepada anaknya kepada malu bertanya kalau di kelas. Akan baik sekali bila kita bertanya “Kenapa?” dan mendengarkan jawaban anak hingga tuntas. Sebaiknya kita biarkan dia selesai menjawab tanpa kita memotong pembicaraannya. Baru kita pikirkan bagaimana cara yang efektif untuk mendorong buah hati kita supaya lebih percaya diri.

Ada baiknya orang tua murid berkomunikasi dengan wali kelas secara rutin untuk sekedar menanyakan perkembangan anak di sekolah.  Sudah mulai banyak orang tua murid yang bertanya via WA (WhatsApp) mengenai  perkembangan anaknya di sekolah. Kalau saya lama membalasnya, saya cuma bilang maaf ya Bu, baru selesai kerjaan saya. Hehe…maklum guru itu kesibukannya lumayan buanyak.

2. Bandingkan nilai rapor dengan semester sebelumnya
Dengan membandingkan nilai rapor dengan semester sebelumnya, orang tua bisa tahu di mata pelajaran apa anak kita meningkat dan di mata pelajaran apa yang menurun. Lihat pada sisi positifnya dulu. Apresiasi anak di mata pelajaran yang meningkat, kalau mata pelajaran yang nilai nya menurun pasti ada alasannya. ini, saya share beberapa alasannya:

  • Semester 1 ini merupakan kelas baru dan pelajarannya  lebih sulit daripada semester sebelumnya. Jadi wajar bila anak masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan pelajarannya.

  • Beban belajar yang meningkat, seperti PR dan tugas-tugas yang lebih kompleks menuntut anak untuk membagi konsentrasinya ke banyak hal. Intinya mereka butuh waktu untuk membiasakan diri dengan beban belajar di kelas nya.
The serious ones
Untuk lebih jelasnya bisa ditanyakan ke guru dan selanjutnya bertanya ke anak. Dari tadi saya selalu bilang tanya ke anak, ya memang begitu. Mereka yang menjalani pendidikan di sekolah. Mereka yang paling tahu apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Berbicara pada anak itu paling mudah ketika mereka masih kecil (TK – SD) pada masa ini mereka begitu terbuka pada orang tuanya, bangunlah komunikasi  dan ikatan perasaan yang baik dengan anak-anak pada masa ini (TK – SD).  Karena pada masa mereka akil baligh (SMP), beberapa dari mereka mulai menarik diri dan meminta privasi. Beneran susah ngobrol yang klik sama anak SMP kalo dari kecil mereka gak biasa diajak ngomong dari hati ke hati sama ortunya.. (*curcol seorang guru SMP). Kalo sama anak SMA…eh tunggu.. Aduh kok jadi panjang lebar ya. Emm…atau nanti saya bikin tulisan sendiri mengenai komunikasi dengan anak SD, SMP dan SMA. (*hehe…kayak penulis laris aja, emang banyak yang baca blog ini..huehehehe…)


3. Tanyakan mengenai kemampuan anak kita dalam bersoasialisasi
Ini penting juga lho. Jaman sekarang kalo anak gak bisa bergaul, susah. Takutnya kedepannya mereka dijauhin sama teman-temannya. Part yang paling sedih ketika ada tugas group work atau pairing, kalo si anak gak baik dalam bersosialisasi biasanya gak ada yang mau satu grup sama dia. Punya teman itu sesuatu yang berharga buat anak sekolah. Orang tua wajib tahu bagaimana kemampuan anak bersosialisasi dan siapa saja teman-temannya.  Dalam hal ini, guru dan orang tua bisa bekerja sama meningkatkan kemampuan sosialisasi anak. Mudah-mudahan orang tua open minded ya, saya tau orang setiap orang tua pasti mengaggap anaknya itu yang paling baik. Tapi ada baiknya terus meningkatkan kualitas bersosialisasi sang anak.


Serius tapi santai - as always

4. Tanyakan hobi atau potensi anak di sekolah
Kadang banyak orang tua murid bingung, “Anak saya potensinya apa ya? Dia bakatnya apa ya?” Tenang, guru punya banyak stok cerita mengenai potensi anak Anda. Nah, dari situ orang tua bisa mendapat gambaran mengenai potensi anak. Sekarang saya guru SD, saya sering bersama mereka hampir sehari penuh jadi saya bisa observe mereka itu sukanya apa sih kalo di kelas. Kalau sudah selesai kerjaain tugas atau bila sedang free time ada yang senang gambar, ada yang bikin puisi pendek, ada yang mewarnai, ada yang susun-susun alat tulisnya jadi kayak lego, ada yang seneng ngobrol, ada yang suka bikin origami, ada yang lagi mengkhayal lagi main perang-perangan dengan musuh imaginative, ada yang tangannya seperti sedang memainkan tuts piano,  ada yang diem aja perhatiin kelas, ada yang jadi stand up comedy… hahaha… pokoknya lucu semua…

Music lesson - their favourite

5.  Puji anak di depan guru
Apresiasi sederhana seperti, “Anak bunda hebat lho, nilainya ada yang naik”, itu sudah membuat pipi anak Anda memerah bahagia. Kalaupun nilainyanya stabil aja, “Wah, anak Ayah stabil ya nilainya, kan gak gampang bikin nilai stabil, semangat terus ya Nak!” Kalau nilainya jelek dan afektifnya juga jelek (*jaraaang banget yang kayak gini). “Kita akan usaha lagi ya Nak, cerita ke Bunda kesulitan mu, apa yang Bunda bisa bantu.” (Biasanya reaksi si anak matanya akan berkaca-kaca, mukanya memerah atau hanya tertunduk malu).  Lalu di rumah,  seorang Ayah atau Bunda yang bijak, akan duduk berdua dengan anaknya dan berbicara dari hati ke hati. Dan guru selalu terbuka untuk dimintai kerjasamanya membimbing anak di sekolah.

Pada kesimpulannya:
-          Berfokuslah pada sisi perkembangan perilaku anak
-          Berfokuslah pada peningkatan bukan pada angka
-          Berfokuslah pada kemampuan kerjasama dan sosialisi positif
-          Potensi dan sikap anak jauh lebih penting daripada nilai rapor
-          Hargailah usaha anak, itu membuat mereka bahagia
-          Duduklah dan bicaralah pada anak dari hati ke hati, biarkan mereka keluarkan uneg-uneg mereka (ada baiknya semalam sebelum terima rapor, jadi besoknya bisa minta tolong ke guru untuk bekerjasama membantu kesulitan yang dialami anak)

Menjelang akhir semester - so happy together

Semoga bermanfaat.

Wasalam,

Miseko

Sumber foto: Koleksi pribadi, Kegiatan sehari-hari siswa siswi kelas 4 Charis Global School, Lippo Cikarang. They are so fun and cooperative. Very happy to be near them… (*Proud class teacher )