Friday 15 April 2016

Sharing Lactacyd White Intimate: Fall in Love More..



Dear teman, pernah gak dengar ini? "Aku menerima dirimu apa adanya. Aku terima semua kekurangan dan kelebihanmu." Hayooo.. Kira-kira siapa ya yang biasa mengucapkan kalimat-kalimat itu? Sepertinya mantra-mantra tersebut sering diucapkan oleh para calon suami kepada calon istrinya. Tujuannya untuk meyakinkan si calon istri bahwa ia teramat sangat mencintainya.

Hmm.. Tapi tunggu dulu. Kira-kira itu cuma rayuan gombal atau sungguh-sungguh ya? Jawabannya tergantung dari pribadi masing-masing si calon suami. Setelah menikah untuk mengetes itu saya coba tanyakan pada suami, "Mas mau menerima semua kelebihanku kan? Kalau gitu Mas juga menerima kelebihan berat badanku juga kan?" Sontak tawa suami saya meledak waktu saya tanyakan itu.

Begitulah sedikit romantika sebelum dan sesudah menikah. Setelah menikah, tentunya seorang wanita harus terus menjaga penampilannya lahir dan batin, luar dan dalam. Setiap wanita pasti ingin tampil terbaik untuk suaminya.

Sewaktu single dulu mungkin kita tomboy dan sedikit memperhatikan area V. Tapi setelah menikah wah..wah.. Area V adalah suatu hal yang harus diperhatikan dan dijaga kebersihannya.

Pernah waktu mudik ke kampung, kami berhenti di beberapa tempat untuk istirahat sejenak dan keperluan ke toilet. Waktu itu sehabis makan siang saya ingin ke toilet di rumah makan tersebut. Pada waktu itu kami masih pengantin baru. Lalu suami saya segera menyarankan untuk membeli pembersih kewanitaan. Saya langsung bilang untuk apa (maklum saya tomboy sebelum menikah). Dengan sabar dia menjelaskan bahwa air di toilet umum bisa saja kurang bersih. Sebaiknya gunakan pembersih kewanitaan untuk memastikan kebersihan di area kewanitaan. Oooo... Saya cuma melongo dengar penjelasannya yang panjang lebar. Dengan segera dia mengajak saja ke toko swalayan terdekat. Lalu dia memilihkan Lactacyd.




Saya tanya kenapa harus Lactacyd? Sekali lagi dengan sabarnya suamiku menjelaskan bahwa bahan-bahan yg terkandung dalam Lactacyd sangat recommended untuk area v, yaitu ekstrak susu lactoserum dan asam laktat yang terbukti klinis menjaga keseimbangan pH area kewanitaan. Woow.. senangnya punya suami yang rajin baca artikel kesehatan..hehe.. Karena suami sangat antusias menjelaskan, langsung saja saya pilih Lactacyd. Dan beneran gak nyesel, rasa bersih, segar, aman dan nyaman langsung terasa.

Apalagi sekarang varian Lactacyd semakin bervariasi. Lactacyd White Intimate salah satunya. Nah, Lactacyd White Intimate ini spesial sekali. Kandungan alaminya yaitu:
1.      Ekstrak susu: yang terbukti secara klinis menjaga keseimbangan pH vagina sehingga pertumbuhan lactobacillus (bakteri baik) meningkat dan pertumbuhan organisme jahat terhambat.
2.      Bengkoang: tidak diragukan lagi bengkoang yang mengandung Actipone-B mempunyai khasiat memutihkan, menyegarkan dan melembutkan kulit.
3.      Algo white: yang menghambat pertumbuhan melanin (zat yang menyebabkan warna hitam kecoklatan atau hitam pada kulit), jadi area V kita akan semakin cerah.

Karena Lactacyd White Intimate diperkaya oleh bahan-bahan alami dan telah lolos uji dermatologi maka makin yakinlah saya untuk menggunakannya setiap hari. Untuk membasuh area V sebaiknya kita:
1.      Mencuci tangan terlebih dahulu
2.      Membasuh area V dari arah depan ke belakang
3.      Gunakan Lactacyd White Intimate, diamkan beberapa saat
4.      Basuh dari arah depan ke belakang
5.      Keringkan area V dengan lembut menggunakan handuk bersih



Seneng deh rasanya segar, bersih dan nyamaaan sekali apalagi Lactacyd White Intimate juga mencerahkan area V. waah…dobel dobel nih manfaat yang didapat. Suami semakin fall in love more..

Dear teman, sekali lagi menjaga kebersihan area V sangat penting sekali. Gunakanlah pembersih area V yang menggunakan bahan-bahan alami seperti Lactacyd White Intimate. bahan-bahan alaminya membuat flora baik tetap terjaga di area V kita sehingga menghambat pertumbuhan bakteri jahat yang bisa menyebabkan gatal-gatal, keputihan dan bau tak sedap.

Dear teman, semoga kita semua selalu sehat dan cantik luar dan dalam ya…

Salam. :)

(Konten gambar merujuk koleksi pribadi dan pada http://www.lactacyd.co.id/)
 



Friday 8 April 2016

Review Novel Travelers' Tale



[Very late post]
Jakarta, Wednesday, June 20, 2007
18:02

Review Novel Travelers’ Tale
Belok Kanan: Barcelona!
(A novel by Adhitya Mulya, Alaya Setya, Iman Hidajat, and Ninit Yunita)

Berkisah tentang empat sahabat yang tinggal saling berjauhan di luar negeri. Cinta menjadi tema utama dari novel ini selain travelling of course. Dari keempat tokoh di dalam novel ini hampir saja membentuk cinta segi empat kalau saja Retno menaruh hati pada Jusuf.

Kisah cinta yang hampir segi empat ini terjalin seperti ini: 

 
Tuh kan hampir segi empat kalo saja Retno naksir Jusuf. Keempatnya memendam cintanya masing-masing. Tidak tahan lagi memendam cinta untuk kekasih hati, keempatnya berjanji bertemu di Barcelona untuk menghadiri pernikahan Francis dengan Inez, gadis Spanyol (tadinya). Alih-alih menghadiri pernikahan Francis keempatnya malah berencana bertemu untuk mengungkapkan cintanya masing-masing pada orang yang mereka cintai. Dari sini kita diajarin untuk never give up untuk bilang cinta sama orang yang kita cintai walopun harus mengelilingi setengah dunia. Never give up to say love to someone that we love, itu intinya.

Francis berkarakter cool, calm, serius, plin-plan dan romantis. Retno anggun, sopan, naïf dan muna. Farah lucu, cute, agak kekanak-kanakkan, dan pesimis. Jusuf konyol, ngocol abis, kelewat Pede, dan narsis.

Sisi unik pada novel ini terletak pada perjalanan keempat tokoh menuju Barcelona dari negaranya masing-masing. Jusuf yang berangkat dari Cape Town, Afrika Selatan, sempat terjebak perang saudara di Abidjan (Cote d’Ivore = Pantai Gading), disangka kelompok Al-Qaeda oleh petugas imigrasi Spanyol, dan ia juga sempat mampir ke bar gay di La Rambla Barcelona. Farah yang berangkat dari Hoi An, Vietnam, harus mengirit ongkosnya agar sampai dengan selamat sentosa di Barcelona. Di pejalanan ia bertemu backpakers lainnya yang dengan baik hati menawarkan penginapan dan transportasi gratis serta pengalaman traveling yang priceless. Retno yang tinggal di Koppenhagen, Denmark bertamasya dulu keliling Eropa sebelum akhirnya sampai di Barcelona. Ia mengkisahkan Amsterdam sebagai the Sin City (Kota Dosa), Italia yang eksotis dan romantis, de el el. Francis sang pianis yang berangkat dari New York City, lebih banyak mengkisahkan kehidupan urban Kansas City dan New York City.

Kalo mo tahu tempat-tempat menarik di setengah lingkaran dunia tanpa harus buang banyak uang maka novel ini ada di urutan pertama untuk patut dan perlu dibaca.

Unsur komedi tidak pernah ketinggalan jika ada nama Adhitya Mulya. Si “Jomblo” ini selalu lengkap dengan gaya komedi segar dan spontaniousnya.

Yang bikin rada mumet adalah beralih dari cerita satu tokoh ke tokoh lainnya secara kita udah enjoy baca perjalanan tokoh Retno, misalnya, trus di bab selanjutnya pindah ke perjalanan Francis. Di sini kita mesti ingat si Francis terakhir lagi di mana yah, lagi ngapain yah? Terus juga misspelling masih terjadi di sana sini, which is masih bisa dimaklumi.

Satu sih yang kayaknya asik kalo disertakan di novel ini, peta bo’. Secara gw udah lupa letak negara-negara di Afrika dan Eropa yah rada bingung juga ketika harus menelusuri perjalanan masing2 tokoh. Oiya, satu lagi novel ini juga berisi tips and tricks for traveling.

Anyway, novel ini patut diacungin jempol, karakter keempat tokohnya dijalin dengan kompak dan konsisten. Endingnya? Endingnya worth it, khususnya untuk Jusuf...heheh...

So, kalo mo beli novelnya, udah tersedia banyak di toko buku. Tebalnya 398 halaman. Penerbitnya Gagas Media. Harganya 40rb rupiah*.

Cheers

*Harga novelnya ya bukan harga penerbitnya.. [itu harga tahun 2007 ya]

Review The Devil Wears Prada



The Devil Wears Prada simply means “Setan” yang Mengenakan Prada. David Frankel, sang sutradara rupanya piawai dalam memperkenalkan “The Devil” that wears Prada. Penampakan awal “setan” yang mengenakan Prada pada film ini begitu mewakili; Miranda Priestly (Meryl Streep) keluar dari Mercedes Benz dengan jaket bulu hitam dan menenteng tas putih bermerk Prada. Jaket bulu hitam yang elegan dan tas putih Prada benar-benar menyampaikan  kepada penonton siapakah si “Devil” dalam film ini. Sosok Miranda Priestly begitu disegani oleh siapapun yang berurusan dengannya. Ia seorang perfeksionis yang diktator. Semua harus sesuai dengan keinginannya. Jika ia menginginkan A maka ia harus mendapatkan A yang benar-benar A, bahkan A+.  Pengenalan sosok Miranda begitu jelas, ketika karyawannya panik begitu tahu Miranda segera datang ke kantor. Semuanya bergegas merapikan diri dan barang-barang supaya semua terlihat rapih.

Film ini berkisah tentang perjalanan karir Andrea Sachs, yang diperankan Anne Hathaway. Andrea atau Andy adalah seorang jurnalis muda yang baru saja lulus dari kuliahnya yang tentu saja penuh dengan idealisme dan begitu percaya diri. Berbekal pengetahuan minim tentang fashion, ia melamar sebagai asisten penerbitan majalah pemimpin redaksi Runway (majalah fashion yang paling berpengaruh di Amerika Serikat). Penampilannya yang lugu dan tidak up-to-date membuat ia dicemooh orang-orang Runway yang melihatnya sepintas lalu. Tetapi kepercayaannya kepada dirinya sendiri dan menjadi apa adanya membuat Miranda, secara tak terduga, menerimanya sebagai asisten. Mungkin kalimat Andy berikut yang membuat Miranda tertarik untuk menerimanya, “ I know I don’t fit in here. I’m not skinny and glamorous and I don’t know that much about fashion but I’m smart. I learn fast and I will work very hard.”

Majalah Runway punya reputasi yang sangat baik. Designer-designer begitu mendengarkan komentar Miranda. Pekerja Runway adalah orang-orang yang stylish dan  fashionable. Andy adalah gadis yang kurang melek fashion dan ia enggan mengubah gayanya. Di awal pekerjaannya, dia berpikir tidak akan mengikuti gaya Runway. Ia begitu idealis, dia adalah sepenuhnya dia lengkap dengan gayanya dan ia berharap orang-orang bisa menerimanya apa adanya, begitu pikirnya. Masalah demi masalah ia hadapi di awal pekerjaannya, seperti ia gagal memenuhi permintaan Miranda untuk dipesankan tiket pesawat di saat cuaca buruk dan tidak ada penerbangan. Inilah titik balik Andy. Ia begitu terpukul dan tersentuh ketika Miranda berkata ia kecewa Andy tidak dapat memenuhi permintaannya dan ia ragu kalau Andy sungguh-sungguh pada pekerjaannya.

Dengan dibantu Nigel, penata busana Runway, Andy lalu mengubah penampilannya seperti kebanyakan gadis-gadis pekerja Runway, menjadi stylish, elegant and sexy. Ia mulai menyatu dengan alam Runway yang demanding, stylish and elegant. Ia dapat memenuhi permintaan Miranda bahkan ia memberi lebih. Miranda puas tetapi ia tidak pernah begitu saja menguji Miranda. Ia orang yang pelit pujian tetapi ia memberi reward langsung berupa kepercayaan lebih kepada Andy dengan mengajaknya ke Perancis melihat peragaan busana, kesempatan langka untuk orang-orang Runway yang terpilih.
Andy mulai sukses dalam pekerjaannya tetapi sukses itu harus ia bayar dengan terganggunya hubungannya dengan kekasihnya, Nate (Adrian Granier). Kesibukan Andy membuat komunikasinya dengan Nate memburuk. Perjalanan Andy bersama Miranda ke Paris membuka pikirannya tentang apa yang ia kejar dalam hidupnya. Miranda dan Andy saling tukar pikiran. Andy tahu bagaimana cara pandang Miranda terhadap pekerjaannya. Seketika itu juga Andy tahu apa yang ia kejar dalam hidupnya, karir atau impiannya?  

Hm..penasaran gimana endingnya? Tonton aja DVDnya sendiri..hehe.. Dijamin gak nyesel. Sampai jumpa di film lain...


Cheers

[very late post]
Wednesday, December 13, 2006, 22:51

Review Film Jomblo



[Very late post]
Jakarta, October 19, 2006
22:37



Barusan gw selesai nonton film Jomblo. Adik gw yang baik hati meminjamkan VCD yang dipinjamnya dari temannya yang rumahnya tidak jauh dari rumah kami dan katanya adik gw VCD itu mau dibalikin besok (gak penting amat diceritain semua...hehe..). Emang sih udah rada basi, ngereview nih pilem sekarang. Iya, iya, gw ngaku deh jarang nonton pilem. Males bo’, secara ngantri di bioskop udeh gitu mahal pula, kalo sering-sering bisa-bisa cash outflow gw deras banget nanti.

Btw, sebagai penggemar novel Aditya Mulya, gw udah baca lengkap tuh novel Jomblo. Ternyata seperti kebanyakan komentar orang bahwa novel selalu lebih lengkap dan greget daripada filmnya, itu juga yang gw pikirin selama dan sesudah nonton Jomblo. Tapi secara keseluruhan boleh lah film Jomblo diacungin jempol. Mungkin kalo untuk orang yang belum baca novelnya akan lebih merasa excited.

Karakter Agus Gurniwa lebih terasa sundanya di novel (malah Rita yang membantu penampakan karakter Agus lebih sundanese), Bimo lebih hidup di film, Olivian Iskandar mirip sekali dengan yang di novel, dan Doni emm... ganteng sih, tapi kok terdengar lebih serius di film ya.

Kata “A****g” seringkali terucap sepanjang film dan gw ragu apakah kata yang sama sering tertulis di novelnya. Entah pertimbangan apa yang membuat kata yang disalahgunakan itu tidak disensor. Walaupun gw bukan pengamat dunia perfilman tapi menurut gw film punya filosofi yang salah satunya mengantarkan nilai-nilai kebaikan kepada khalayak. Di satu sisi penuturan kata “A****g” memang terdengar kurang etis tapi bukan berarti Film Jomblo tidak membawa nilai-nilai. Film Jomblo rupanya cukup berhati-hati dalam mentranskripsikan novel Jomblo. Tidak semua cerita dipaparkan dalam film. Salut, untuk adegan Lani yang menempelkan tulisan di pintu kamar kostnya, “Agus, I’m sorry you’re too special..”. Lalu Agus yang sedang berada di persimpangan jalan membuang sesuatu yang sebaiknya dibuang sebelum digunakan daripada digunakan sebelum waktu yang direstui. (haha...bingungin gak tuh bahasa gw, susah bo’ harus hati-hati ngomongnya, tau kan profesi gw apa, masih pelajar kok...kalo gak percaya liat KTP gw aja...hehehe...). Adegan Lani dan Agus itu 180 derajat berbeda dari cerita asli novelnya. Mungkin inilah salah satu nilai yang hendak dituturkan oleh film Jomblo ini.

Gw gak tau ya kenapa nih film kurang sentuhan natural view daerah Bandung yang spektakuler. Sewaktu Agus mengajak Lani ke bukit untuk merasakan embun di pagi hari, gw tuh sempat ngebayangin kalo bukitnya bakal hijau, asri, indah, pokoknya menyentuh hati yang terdalam deh. Tapi ternyata bukitnya itu biasa aja dan gak hijau segar gitu, malah keliatan tanah merahnya. View yang begini kurang sedap dan kurang memberikan sentuhan roman di adegan itu.

Improvisasi banyak dilakukan disepanjang film. Seperti, adegan Bimo sebagai Gatot Kaca dan logat Italiano atau Espanyola yang dilontarkan keempat sahabat karib itu, Donito, Oliviano, Sinyo Agusto, dan Bimo (apa ya gw lupa sebutan untuk Bimo). Oya, kata Jomblo pun mereka pronounce “Homblo”. Improvisasi yang kreatif. Gw rasa film Jomblo tidak ingin membuat penontonya pulang dengan tanda tanya. Buktinya di akhir film, ke-empat karakternya, Agus, Doni, Bimo dan Oliv mempunyai ending yang cukup melegakan. Bila Anda membaca novelnya, Anda akan dibiarkan bebas merangkai ending ke-empat karakter Jomblo. Rupanya film Jomblo cukup pengertian terhadap penonton.

Keunggulan film Jomblo yang paling unggul menurut gw adalah komedinya yang segar, spontanious, dan kreatif abis. Dijamin lo bakal banyak ketawa sepanjang film.

Sebaiknya persiapkan diri Anda dengan pengetahuan cinta dan persahabatan yang cukup sebelum menonton film ini. Ada hal-hal yang mungkin kita agree atau disagree dalam film ini. Filosofi-filosofi cinta dan persahabatan yang dipaparkan di sini sebaiknya dikembalikan kepada prinsip masing-masing. Last comment, Film Jomblo layak tonton dan perlu.

(Sori kalo ada beberapa kalimat2 yang rada blur dan sulit dimengerti. Pembaca blog biasanya dari berbagai kalangan dan umur. Gw harus hati-hati membahasakan ini semua. Btw, kalo ada yang mau komentar atau kasih saran, sok atuh, monggo mawon, silakan...)


23:41